Tidak dapat dipungkiri, CV screening merupakan salah satu tahapan yang paling melelahkan dalam proses rekrutmen. Memeriksa ratusan atau bahkan ribuan CV kandidat yang masuk kemudian menyeleksinya tentu sangat menguras waktu dan energi HRD.
Meskipun begitu, sebagian besar perusahaan tetap melibatkan tahapan screening dalam proses rekrutmen mereka. Hal ini memicu banyak perdebatan mengenai efektivitas metode penyeleksian satu ini. Beberapa menganggap bahwa CV screening efektif dan sangat bermanfaat. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa CV screening sudah tidak lagi relevan untuk penyeleksian calon karyawan.
Lantas, apakah CV screening benar-benar efektif untuk menyeleksi calon karyawan? Jika iya, apa yang harus dilakukan? Untuk mengetahui jawabannya, baca ulasan Algobash selengkapnya di bawah ini!
Baca juga: 33 Pertanyaan Saat Interview IT Untuk Menilai Kandidat Terbaik
Apa Itu CV Screening?
CV screening adalah tahapan penyeleksian calon karyawan dengan mengecek kualifikasi melalui resume atau CV. Tahapan ini umumnya dilakukan di awal proses rekrutmen sebelum wawancara, tes, dan tahapan lainnya.
Secara lebih jelasnya, CV screening merupakan sebuah proses untuk menentukan kandidat manakah yang memiliki kualifikasi sesuai dengan keinginan posisi pekerjaan yang ditawarkan perusahaan baik itu background edukasi, pengalaman, kemampuan, dan hal-hal lainnya.
CV Screening sudah menjadi salah satu metode yang sering digunakan oleh HRD dalam mencari dan menyeleksi kandidat yang sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan oleh perusahaan.
Tujuan dari CV screening sendiri yaitu untuk memutuskan apakah kandidat lolos untuk mengikuti tahapan rekrutmen selanjutnya atau tidak.
Sejauh Mana Efektifitas CV Screening Untuk Seleksi Calon Karyawan?
Rekrutmen calon karyawan adalah proses yang sangat kompleks bagi HRD dan perusahaan. Ada banyak sekali tahapan penilaian yang harus diperhatikan dan diterapkan sebelum akhirnya benar-benar menemukan kandidat terbaik. Salah satunya tentu saja CV screening.
Yang mana sebelum meloloskan kandidat untuk mengikuti tahapan interview atau tes. HRD dari berbagai perusahaan biasanya akan menyeleksi lamaran yang masuk melalui CV screening.
Praktik CV screening memang sudah sejak lama dilakukan dan menjadi sebuah praktik turun menurun. Namun, dibalik maraknya pengaplikasian metode seleksi ini dalam rekrutmen. Ada banyak praktisi yang memperdebatkan mengenai efektivitas CV screening seperti yang sudah disebutkan di atas.
Sebagai gambaran, Algobash telah mengumpulkan beberapa studi untuk melihat sejauh mana efektifitas CV screening. Salah satunya adalah penelitian yang menanyakan kepada peran-peran eksekutif dari seluruh dunia mengenai keefektifan CV sebagai alat untuk penilaian kandidat. Hasilnya cukup menarik, berikut lebih jelasnya:
- 56% mengatakan efektif.
- 38% mengatakan tidak efektif.
- 6% tidak yakin dengan efektifitas dari CV.
Kemudian, Mengutip dari HR Daily Advisor, dalam sebuah research yang dilakukan oleh Robert Half menunjukan 62% manager senior mengatakan bahwa pelamar atau kandidat dengan resume yang menjanjikan tidak sesuai ekspektasi perusahaan saat interview merupakan hal yang umum terjadi dalam rekrutmen. Hal ini menunjukan bahwa tahapan screening dapat mengecoh HRD atau perusahaan dalam memilih kandidat yang tepat.
Mengapa CV Screening Tidak Efektif Untuk Seleksi Calon Karyawan?
Sebenarnya, tidak ada jawaban pasti yang dapat menjawab dengan tegas efektif atau tidaknya CV screening dalam rekrutmen. Hal ini karena pengalaman setiap HRD dalam menyeleksi calon karyawan menggunakan metode ini berbeda-beda, dan tentunya ada banyak hal yang dapat mempengaruhi atau menentukan berhasil atau tidaknya CV screening dalam menyeleksi calon karyawan potensial. Beberapa perusahaan mungkin akan berhasil, namun perusahaan lainnya bisa saja gagal dan berujung pada bad hiring.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas CV screening. Dalam sebuah studi, disebutkan terdapat beberapa masalah yang membuat CV screening merupakan hal tidak efektif. Berikut beberapa diantaranya:
- 56.9% responden tidak bisa menentukan apakah kandidat memiliki skills atau kemampuan yang sesuai.
- 44.6% responden tidak bisa meranking kandidat kecuali berdasarkan lama pengalaman kerja sebelumnya.
- 44.6% responden tidak yakin apakah CV kandidat benar-benar akurat.
- 32.3% responden menerima terlalu banyak CV untuk direview.
- 21.5% responden tidak bisa membaca atau mengetahui perusahaan tempat di mana kandidat pernah bekerja.
Faktor Lain yang Dapat Mempengaruhi Efektivitas CV Screening
Selain beberapa masalah yang sudah disebutkan di atas, masih ada banyak faktor lainnya yang dapat membuat CV screening berjalan tidak efektif. Berikut beberapa diantaranya:
1. Penilaian yang Bias
Pelamar atau kandidat pasti ingin terlihat lebih baik di hadapan HRD atau perusahaan. Salah satu cara yang bisa mereka lakukan adalah dengan membuat CV sebagus dan semenarik mungkin dengan cara memasukan beragam informasi tentang dirinya.
Banyaknya informasi dalam CV dapat membuat HRD atau rekruter terjebak dalam penilaian yang bias tanpa disadari. Bias dapat memberikan kerugian dalam rekrutmen karena dapat mempengaruhi penilaian dalam memilih kandidat secara objektif.
Beberapa bias yang mungkin saja dapat terjadi selama proses CV screening adalah sebagai berikut:
- Affinity Bias: Menilai pelamar berdasarkan kesamaan dengan HRD atau rekruter. Contohnya seperti kesamaan suku, agama, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
- Confirmation Bias: Menilai pelamar hanya berdasarkan pemikiran atau ideologi yang dimiliki oleh HRD atau rekruter dan mengabaikan aspek-aspek lainnya.
- Stereotyping bias: Menilai berdasarkan asumsi terhadap karakteristik-karakteristik tertentu dari pelamar.
2. Tidak Bisa Menilai Skill dan Job Performance
Menilai skill atau keterampilan pelamar berdasarkan CV merupakan salah satu hal yang sangat sulit. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang memilih permasalahan ini sebagai salah satu hal yang membuat CV screening tidak efektif pada studi Test Gorilla di atas.
Memang benar, skill adalah sebuah hal yang tidak bisa dinilai hanya berdasarkan CV. HRD atau perusahaan membutuhkan metode lainnya untuk menilai aspek ini secara objektif seperti tes, studi kasus, dan wawancara.
Tidak ada hal yang bisa dinilai secara pasti untuk mengetahui skill dan job performance pelamar melalui CV. Bahkan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Frank L. Schmidt dan John E. Hunter menyebutkan bahwa edukasi dan pengalaman yang ditulis dalam CV hanya memiliki 0.1 dan 0.18 korelasi dengan kinerja pelamar.
3. Banyak Pelamar yang Memalsukan CV
Mengutip dari CNBC.com, ada lebih dari 55% pelamar mengaku pernah berbohong atau memalsukan CV mereka setidaknya satu kali. Alasannya pemalsuan informasi dalam CV tentu saja agar dapat lolos dalam CV screening karena memiliki kualifikasi yang sesuai dengan posisi yang mereka lamar.
Berdasarkan data yang Algobash dapatkan dari StandOut CV, beberapa informasi yang sering dipalsukan dalam CV adalah pengalaman kerja (55.4%), skill (43.1%), pendidikan (41%),. Informasi personal seperti umur dan alamat (39.5%), detail SLTA (39.2%), informasi gaji (33.6%), skill yang spesifik dengan pekerjaan (33.5%), dan rekomendasi dari karyawan atau employee references (21%).
4. Memakan Banyak Waktu
Ada banyak kandidat yang melamarkan dirinya pada sebuah lowongan kerja yang dibuka perusahaan. Mengutip Forbes.com, rata-rata ada 118 orang yang melamar pada lowongan kerja yang dibuka. Angka tersebut tentu bukan jumlah yang sedikit sehingga proses CV screening membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyeleksi calon karyawan.
Jadi, Apa yang Perlu Dilakukan Untuk Meningkatkan Efektivitas Seleksi Calon Karyawan?
Sampai saat ini, banyak perusahaan yang mungkin masih tetap mempertahankan CV Screening sebagai salah satu tahapan rekrutmen. Hal tersebut bukanlah suatu kesalahan karena metode penyeleksian satu ini juga memiliki beberapa manfaat jika dilakukan dengan cara yang tepat.
Namun, CV screening tentu bukanlah satu-satunya jalan yang harus dilakukan untuk menyeleksi calon karyawan. Mengingat ada banyak sekali faktor-faktor yang membuat metode ini tidak lagi efektif seperti penilaian yang bias, pemalsuan CV, lamanya penilaian, dan masih banyak lagi lainnya.
Untuk meningkatkan penyeleksian calon karyawan, ada beberapa alternatif lain yang jauh lebih efektif untuk dilakukan, salah satunya adalah dengan memberikan tes singkat kepada para pelamar sebelum mengundangnya mengikuti tahapan seleksi berikutnya.
Ada dua jenis tes yang bisa Anda terapkan untuk proses screening calon karyawan yaitu skill test (tes keterampilan) dan psikotes (tes psikologi). Kedua jenis tes ini sangat efektif untuk memilih pelamar terbaik yang berhak mengikuti tahapan rekrutmen. Dengan memberikan tes, Anda dapat melihat secara langsung bagaimana kualifikasi dan kesesuaian mereka dengan pekerjaan sekaligus perusahaan yang dilamar.
Anda dapat menggunakan platform pre-employment test Algobash untuk menjalankan skill dan psikotes dalam menyeleksi kandidat. Algobash memiliki banyak pilihan tes yang efektif untuk Anda gunakan seperti tes coding, studi kasus, tes wawancara, tes psikologi, hingga tes kesesuaian kultur.
Pre-employment test Algobash dapat memberikan Anda informasi yang jauh lebih berharga lebih dari CV atau resume. Dengan Algobash Anda dapat mengetahui sejauh mana keterampilan hingga kesesuaian pelamar dengan pekerjaan secara cepat dan objektif.
Tertarik untuk melibatkan Algobash dalam proses rekrutmen perusahaan Anda? Anda dapat booking demo atau coba gratis sekarang.
Baca juga: Mencari Kandidat IT: Tips dan Trik untuk Profesional HR